Domain yg Anda cari

Influenza

>> Selasa, April 07, 2009


KAJIAN INFORMASI DAN IDENTIFIKASI MASALAH OBAT INFLUENZA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian
Influenza adalah infeksi spesifik pada manusia yang disebabkan oleh virus influenza itu sendiri, dan menimbulkan gejala-gejala yang timbul dengan cepat berupa demam, radang kataral saluran pernapasan atau alat pencernaan. Pada umumnya penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya. Penyakit ini berpotensi untuk menyerang semua peringkat umur, sama, ada anak-anak maupun golongan dewasa.
Dibanyak kasus influenza menyerang pernapasan atas dan melemahkan tubuh manusia selama masa epidemic influenza berlangsung, serta keseluruhan sistem pernapasan terpengaruh. (Robin Reid, 2005)

2.1.2 Sejarah Penyakit
Epidemic influenza tercatat pertama kali di Eropa pada tahun 1510. Pada tahun 1968, satu strain virus influenza yang baru yaitu virus influenza yang menimbulkan epidemic di Hongkong. Influenza menyebar ke seluruh dunia dan menyerang berbagai jenis ras, segala tingkatan usia baik pria maupun wanita. Penyebaran umumnya terjadi secara epidemic yang dapat berkembang sangat luas meliputi hampir semua bagian dunia dan disebut sebagai pandemic.

2.2 Penyebab & Epidemiologi
2.2.1 Penyebab Influenza
Ada tiga tipe influenza yaitu tipe A, B, dan C. Tipe A yang paling mematikan, tipe ini juga (tipe A) bertanggungjawab dalam situasi epidemic penyakit influenza. Serta banyak kematian terjadi. (Robin Reid, 2005). Virus influenza tipe A mempunyai dua substrain yaitu substrain yaitu substrain A1 dan substrain A2. Begitu juga dengan virus influenza tipe B mempunyai substrain B1 dan B2. Virus influenza tipe C tidak mempunyai substrain. Semua tipe virus influenza mempunyai struktur dan sifat morfologis yang sama.
2.2.2 Epidemiologi Influenza
Influenza ditularkan secara cepat dari satu penderita kepada orang lain melalui titik ludah yang infektif. Virus influenza amat mudah berjangkit dan ia tersebar dari manusia ke manusia semasa pesakit bersin dan batuk. Pada populasi yang padat memungkinkan terjadinya penularan yang cepat, epidemic influenza akan segera terjadi. Meskipun mortality rate rendah, tetapi mengingat bahwa penderitanya amat banyak, jumlah penderita yang meninggal dunia menjadi amat banyak. Tidak terdapat carrier pada influenza, tetapi penderita-penderita subklinik sangat berperan sebagai sumber penular virus. Sebagian besar manusia boleh dikatakan pernah mengalami infeksi dengan salah satu virus influenza sebelum ia mencapai masa pubertasnya. Infeksi dengan virus influenza tidak memberikan perlindungan kekebalan yang lama terhadap infeksi ulang. Sesudah sembuh dari infeksi dengan influenza A, penderita tidak memiliki daya tahan terhadap influenza B dan sebaliknya.

2.3 Patogenesis
Walaupun infeksi biasanya pada saluran napas atas namun sering menyebar ke saluran napas bawah menimbulkan trakeitis, bronchitis, atau pneumonitis. Pada saluran napas atas virus ini menyebabkan nekrosis dan deskuamasi epitel bersilia disertai serbukan padat sel radang terutama limfosit. Penyebaran infeksi ke saluran napas bawah atau paru, menyebabkan nekrosis serta sel pelapis alveoli mengelupas, histologik merupakan gambaran pneumonitis virus. Influenza menyebabkan komplikasi seperti pneumonia bacteria sekunder, pneumonia virus primer dan meningkatkan tahap serangan penyakit kronik yang sedia ada.
Trachea dan bronkeolus secara terus menerus akan mengalami radang hebat, dengan perkembangan hemorraghe berubah menjadi pneumonia, dengan ciri-ciri paru-paru lebih besar, warna menjadi ungu dan mengeluarkan darah yang kotor, serta ukuran mikroskopik beubah dari suatu bagian ke bagian yang lain. (Robin Reid, 2005).
Infeksi virus yang menyeluruh dengan viremia dan juga menyerang parenkim organ-organ sehingga dapat menimbulkan kematian, terjadi pada beberapa penderita selama epidemic yang besar sedang berlangsung. Virus influenza juga dapat menyerang otak.
Bila virus dimasukkan ke dalam saluran pernapasan dengan penghisapan aerosol, ia melekat melalui antigen bungkus HA nya pada sel epitel kolumner bersilia, menembus sel, dan segera mulai pembelahan. Sintesis virion baru tampak kurang daripada 24 jam, menyebar ke sel-sel tetangganya pada permukaan mukosa saluran pernapasan. Masa inkubasi berakhir hanya 1-3 hari, sesudahnya terkumpul cukup virus untuk menimbulkan gejala. Individu yang mempunyai imunitas sebagian terhadap strain virus penginfeksi hanya dapat menimbulkan gejala-gejala faringitis dan cold. Orang nonimun yang terpapar dengan virus influenza, menderita influenza klasik, dengan angka serangan mungkin setinggi 70%. Tanda-tanda sistematik influenza mulainya mendadak dan meliputi demam, menggigil, nyeri kepala, mialgia, nyeri lumbosakral, dan sangat lemah. Nyeri kepala dan nyeri otot merupakan keluhan yang sangat jelas, dan intensitasnya parallel dengan demam yang tinggi. Demam biasanya berakhir 2-4 hari. Batuk kering, nyeri tenggorok, rinorea juga ada, kurang kuat pada permulaan, dan jadi lebih nyata ketika demam mengurang. Nekrosis sel epitel saluran pernapasan yang terinfeksi nyata pada influenza, dan keluhan saluran pernapasan menggambarkan cedera ini.
Kelelahan yang sangat sering paling menonjol pada awal tanda-tanda influenza, dan malaise umumnya gejala yang sembuh paling lambat, biasanya membutuhkan waktu sekitar satu minggu.
Anak-anak sering mengalami demam yang lebih lama, hilangnya virus lebih lama daripada dewasa, dan lebih mungkin terjadi pneumonia virus, primer. Flu dapat sebagai pencetus asma pada anak dengan mengakibatkan jalan napas hiperreaktif. Influenza dapat mempercepat kejang demam.
2.4 Diagnosis dan Pengobatan
2.4.1 Diagnosis
Pada kasus-kasus yang sporadic, influenza sukar didiagnosis dengan pasti oleh karena banyak sekali penyakit dengan gejala-gejala mirip influenza, terutama infeksi virus-virus lainnya. Bila telah terjadi epidemic, diagnosis influenza mudah ditegakkan.
Isolasi virus influenza dari sekresi saluran pernapasan (tidak dari darah atau tinja) serta menentukan titer antibody yang meningkat merupakan penegak diagnosis pasti influenza.
Serangan influenza sering secara langsung atau selama epidemic, diagnosis biasanya dibuat atas dasar klinik saja. Walaupun demikian, pembuktian laboratorium influenza mempunyai manfaat tersendiri.

2.4.2 Pengobatan
Tidak ada obat spesifik untuk memberantas virus influenza. Pengobatan yang diberikan pada penderita merupakan pengobatan suportif. Tetapi ada sebuah penilitian yang metodenya sebagai berikut:
Metode menggunakan system SID dan dengan penerapan evidence based medicine dilakukan penelitian dengan memakai 4 skenario tentang cara melakukan tretmen pengobatan penyakit influenza. 4 diantaranya adalah sebagai berikut: vitamin C, pengobatan herbal berupa Echinacea, obat batuk berupa tablet, dan the unlicensed antiviral pleconaril.
a. Obat Yang Dapat Digunakan
1. Antihistamin
Antihistamin dapat menghambat kerja histamin yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi. Obat yang tergolong antihistamin antara lain: Klorfeniramin maleat/klorfenon/Chlortrimeton (CTM), Difenhidramin HCl

2. Oksimetazolin (tetes hidung)

3. Dekongestan oral
Dekongestan mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat. Obat dekongestan oral antara lain : Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan Efedrin. Obat tersebut pada umumnya merupakan salah satu komponen dalam obat flu.

4. Antitusif/ekspektoran.
A. Obat Batuk Berdahak (Ekspektoran)
1. Gliseril Guaiakolat
2. Bromheksin
3. Kombinasi Bromheksin dengan Gliseril Guaiakolat
4. Obat Batuk Hitam (OBH)

B. Obat Batuk Kering (Antitusif)
1. Dekstrometorfan HBr (DMP HBr)
2. Difenhidramin HCl

5. Antipiretik dan Analgesik (Obat penurun panas dan penghilang rasa nyeri, lihat bab Demam)
1. Parasetamol/Asetaminofen
2. Asetosal (Aspirin)
3. Ibuprofen

2.5 Pencegahan
Pemberian vaksin yang mengandung inactivated virus dari strain-strain virus tipe A atau B hanya akan bermanfaat jika infeksi influenza yang didapat sesuai dengan vaksin yang digunakan. Jika komposisi antigenic vaksin tidak sama dengan virus influenza yang sedang mewabah, maka vaksinasi menjadi tidak efektif. Proteksi yang dihasilkan sesudah vaksinasi pada umumnya tidak sempurna dan hanya bertahan selama beberapa bulan saja. Meskipun demikian, dengan vaksinasi angka kesakitan dapat ditekan dan gambaran klinik influenza menjadi lebih ringan. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada orang-orang tua atau orang-orang yang sedang menderita penyakit berat lainnya, beberapa saat sebelum tibanya epidemic influenza yang diperkirakan.

0 komentar:

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP